Rabu, 23 Juni 2010

sepasang pengantin baru tengah berjalan bergandengan tangan disebuah hutan pada suatu malam yang indah. mereka sedang menikmati kebersamaan yang menakjubkan sampai terdengarlah suara di kejauhan "kuek! kuek!".

"dengar", kata istri, "itu pasti suara ayam".
"bukan, bukan. itu suara bebek", kata suami.
"nggak, aku yakin itu ayam", si istri berkeras.
"mustahil. suara ayam itu "kukuruyuuk', bebek itu 'kuek-kuek'. itu bebek sayang", kata si suami mulai jengkel.

"kuek! kuek!" terdengar lagi suara itu.

"nah, tuh! itu suara bebek", kata sang suami.
"bukan sayaaaang, itu ayam! aku yakin betul!" tandas si istri sembari menghentakkan kaki.
"dengar ya! itu....adalah......be.....bek. B-E-B-E-K. bebek tau!" si suami berkata dengan gusar.
"tetapi itu ayam!" masih saja si istri berkeras.
"itu jelas-jelas be...bek! kamu ini!" balas suami.
terdengar lagi suara "kuek kuek" saat sang suami hampir mengatakan sesuatu yang tak sebaiknya dikatakan.
si istri sudah hampir menangis, "tetapi itu ayam..."

si suami melihat air mata yang mengambang di pelupuk mata istrinya, dan akhirnya, teringat kenapa dia menikahinya. wajahnya pun melembut dan berkata dengan mesra, "maafkan aku sayang. kurasa kamu benar. itu memang suara ayam kok".
"terimakasih sayang", kata si istri sambil menggenggam tangan suaminya.


maksud dari cerita ini ialah: siapa sih yang peduli itu ayam atau bebek? yang lebih penting adalah keharmonisan mereka, yang membuat mereka dapat menikmati kebersamaan di malam yang indah itu. berapa banyak pernikahan yang hancur hanya karena permasalahan sepele? hanya karena persoalan "ayam atau bebek"?
jika kita memahami cerita tersebut, kita akan ingat apa yang menjadi prioritas kita. pernikahan jauh lebih penting ketimbang mencari siapa yang benar.


-dikutip dari buku "cacing dan kotorannya" karya Ajahn Brahm, worl wide best seller, dicetak dalam 20 bahasa. recommended book! :)
 

Copyright 2010 utarimudhia's.

Theme by WordpressCenter.com.
Blogger Template by Beta Templates.